Setelah itu, bulir gulir air mata menetes di wajahnya yang kotor. Sepercik sesunggukan terdengar di telingaku. Ada apa dengannya?
Putus asa terasa akan cerita-cerita yang selalu ia denguhkan sepanjang hari disini. Akan harinya, kekasihnya, dan Tuhannya. Ujung hidupnya seraya mengolok-olok, meminta dirinya untuk dibutuhkan.
"Mary!"
Lalu, serentak kami menoleh. Dan pergi bersama. Tak terelakkan. Tak terpisahkan.
0 komentar:
Posting Komentar