Aku melihatnya terdiam dan terpuruk. Minyak bersimbah di wajahnya yang pilu. Lingkar hitam yang menyeramkan mengelilingi mata tuanya yang renta. Tampak mengiba, dia menatapku.

Setelah itu, bulir gulir air mata menetes di wajahnya yang kotor. Sepercik sesunggukan terdengar di telingaku. Ada apa dengannya?

Putus asa terasa akan cerita-cerita yang selalu ia denguhkan sepanjang hari disini. Akan harinya, kekasihnya, dan Tuhannya. Ujung hidupnya seraya mengolok-olok, meminta dirinya untuk dibutuhkan.

"Mary!"

Lalu, serentak kami menoleh. Dan pergi bersama. Tak terelakkan. Tak terpisahkan.

0 komentar:

Posting Komentar


up