My Favorite Blogs

Hey it's me again!
Nah, sekarang aku lagi belum nulis dulu, cukup sampe segitu aja dulu tulisannya.
Ntar lanjut lagi deh!

Sekarang saatnya yang visual visual.
Sekarang aku lagi hobi-hobinya nih sama fashion.
Lagi pengen-pengennya pake sesuatu agar bisa jadi pribadi yang nyaman dipandang mata.


Cieeeee bacot.


Jadi aku rencananya mau masukin beberapa fashion taste aku termasuk gimana baju-baju yang aku pake selama jalan-jalan sehari-hari.
Mohon dinikmati sebentar lagi ya, fellas.

Sebelum mulai, aku mau ngasih tau dulu blog-blog fashion apa yang jadi perhatianku selama ini.

1. A Beautiful Mess


This blog is made by Elsie and Emma, the authors of great daily arts.
They write and photograph about crafts, recipes, decor, fashion and beauty.
Really a recommended!
Selain tampilannya yang simple tapi catchy, mereka juga update tiap hari.
Jadi ngga perlu nungguin lama-lama baru update lagi.
Dan update-annya itu loh, bagus dan berguna ;)
Here are some sneak peeks that may catch your eyes to them.







Sebenernya sasaran blog ini jelas-jelas buat mahasiswa.
Tapi anak sekolahan juga bisa kok baca blog ini.
Karena isinya emang kebanyakan tentang how-to-wear-stuff-for-college/school-thingy.
Kalo soal fashion, disini dia punya dari old vintage sampe modern chic style suggestions.
Di blog ini juga nampilin some fashion inspirations from movies or actresses. 
Ada juga corner voting soal apakah kamu mau memakai baju ini apa ngga.
Jadi kita bisa liat tanggapan orang banyak mengenai pakaian yang kita pake.

Disini selain fashion, juga ngasih beberapa recommended tips dari beauty sampe organizing your college life.
Dan saran-sarannya cukup ngena ke masalah students sekarang-sekarang ini.
Dia juga update tiap hari kayak A Beautiful Mess, cuma ngga sesering mereka.
So click the link right away! ;)



Wah ini favoritku banget.
Apalagi kalo mau nyari sources buat baju-baju yang mau dibeli.
Kalo mau liat contoh barang-barang unik tapi super cute, bisa cari disini.
Kebanyakan dari mereka emang quirky tapi wearable.
Karena lookbook disini ngasih referensi tentang street style yang bisa kamu coba langsung.
Selain itu kebanyakan fotografinya bagus dan enak dipandang, bikin nagih terus buat update.
Kamu juga bisa jadi bagian dari mereka dengan sign up dan upload style kamu biar dapet hype (semacam like gitu kalo di facebook) dari sesama fashionista.
Take a few looks!






Nah kalo ini video.
Agak beda sih dari yang lain karena ini bentuknya bukan blog.
Tapi tetep enak diliat kok.
Malah jauh lebih recommended sebenernya, soalnya kita bakal liat langsung efek dari baju-baju yang ditampilin Marzia yang super cantik ini.
Kita juga ditampilin bahan baju dari deket jadi kita bakalan tau bahan baju yang kayak gimana yang harus di mmix and match.

Selain baju, dia juga ngasih beberapa vlogs tentang dirinya dan pacarnya yang super ganteng dan terkenal, PewDiePie.

Here's a video for ya.





Salam Cantik :p



Bundar Meja

Kenape ye, meja bulat?
Haruskah hamba bertanya'?
Sebenarnye hal ini tak terlalu penting.
Jenaka ini datang karena hamba bosan dengan ape-ape yang sedang tertunggukan.
Lamak-lamak mandange' bintang-bintang yang sembunyi-tak sembunyi satu per satu.
Hilir mudik mobil beroda empat mengusik harumnye udare malam ni.
Sekumpulan dua-tige-empat sejoli menghiasi dataran tempat yang seharusnye dinaunge'.
Tak urung hamba menuliskan sejumput dua jumput kate meramput macam ini.

Tak ayal meje bundar yang bergoyang layaknya hamba tulis mengusik bulatan otak yang ade di ubun hamba.

Mengapa meja bundar?
Bertugas mengusikkah ia?
Memunculkan pertanyaan di benak hamba.

Berperan menemanikah ia?
Sembari mengusik, ia setie menyayangi hamba yang lama berbosan-bosan ini.

Cantekkah ia?
Dengan goresan menyerupekan kayu mengikote' bentok tak hinggenye yang sempurne.

Tegapkah ia?
Dengan lengkong di pinggirannye ngingatkan hamba akan lunglainye bentok alam semesta ni.

Apakah ia?

Ya, ya, dia hanyalah meja bundar.
Meja bundar.

Milik hamba.

Benci

Malam ini dia menatapku lagi.
Di tempat yang sama.
Di letak yang sama.
Di arah yang sama.
Aku menghela napas jengkel.
Creme brulee buatan mesin kopi kafe ini yang selalu jadi favoritku malam mendatangkan rasa tak enak.
Suasana hangat tak lagi membuat panas tangan dengan kuku berkutek-ku yang dingin.

Semua jadi kacau ketika ia datang di dua puluh tiga hari yang lalu.
Tepat saat itu aku sendirian.
Ia pun datang, sebagai newbie di kafe ini.

Perawakannya semampai nan lembut, rambutnya gimbal dengan poni menjuntai di tengah dahinya yang lebar.
Pakaiannya pun tiap hari menandakan bahwa ia orang perlente.
Selalu memesan creme brulee.
Terkadang dua terkadang tiga cup, seakan ingin menawari seseorang untuk berbagi.

Ia langsung menaruh perhatiannya padaku ketika pertama kali ia datang, dan melihatku memesan creme brulee.
Tertangkap di telingaku ia memesan air kopi yang sama pula.
Semenjak itu ia duduk di seberang mejaku di sebelah etalase majalah, menghadap kepadaku, dan menyeruput krim seenaknya.

Enak saja dia, menikmati diriku dengan aku mengetahuinya!

Aku membencinya.
Aku membencinya!

Ia menghampiriku.

"Salam kenal," ujarnya ketika tahu aku sedang memandanginya marah.
Dadaku tiba-tiba berdentum.
Aku merapikan rambutku sedikit.

"Aku Dewi. Kamu?"
"Aku... Shinta."

Aku membencinya.
Aku membencinya karena telah membuatku jatuh cinta.

Dia

Dulu, dia lebih dari sekadar saudara perempuanku.
Dia saudara sedarahku.
Dia temanku.
Dia sahabatku.
Dia pahlawanku.
Namun, semenjak 15 Agustus lalu dia mulai menyingkirkan keberadaanku di pikirannya.
Dia mulai membenciku dengan tahap yang sangat mengerikan.

Semua bermula ketika aku menyimpan rasa iri terhadapnya.
Semua dia punya.
Semua yang kumaksud adalah orangtua.
Manakala, semua-nya itu sungguh teramat baik pada diriku yang penuh dengki ini pula.

Ketika taraf penyakit hatiku ini mulai merangkak menuju puncak ubunnya, aku pun merasa harus segera bertindak.
Hal ini tidak bisa dibiarkan.

Kujamahi kedua tanganku dengan sepercik-dua percik dari apa-apa yang menjadi milik dia tadi.
Lalu, setahun ini aku berpikir.
Kenapa aku tidak menyelesaikannya saja? Agar aku tak berpenyakit kembali atas semua miliknya itu.

"Kau... Pembunuh!"

Dia menunjuk ke arahku sesaat sebelum kupenuhi lenganku dengan semburan likuit merah karena kegiatan yang kulakukan dengan penuh emosi dan berulang-ulang.
Dan berulang-ulang.
Hingga dia pun tak sempat menutup kedua matanya.

Writing : Oh, Ternyata

Tau ngga?
Aku kangen nulis.
Nulis hal-hal yang ngegantung, nulis pake bahasa yang cuma aku yang bosa ngerti secara harfiah artinya, nulis berlawanan dengan hukum yang udah ditetapin sama filosofis-filosofis atau ilmuwan-ilmuwan terkenal dari dulu *maap pak, bu*

Sangking kangennya, lagi boker pun aku nulis.

Maap ya sebelumnya, tulisan ini berlawanan banget dengan rencanaku yang udah kujelasin berbelas-belas poin di postingan sebelumnya.

Disini. aku ingin berbagi hasil kekangenanku aja sama tulisan.
Sejak kebanyakan gambar, aku udah lupa gimana rasanya 'memegang' tulisan sendiri.
'mengaduk' kata-kata di pikiran.

Tuh kan tuh kan udah ngawur aje.
Langsung aja ya ke bawah <3

-OH, TERNYATA-

Kadang kali aku bertanya.
Apakah air yang mengalir selalu memenuhi tempatnya?
Apakah darah yang mengalir pasti mengikuti alur pembuluhnya?
Apakah udara selalu mengisi ruangan di bumi?
Hal-hal logis seperti ini terkadang membuatku berpikir tidak logis.
Seperti akankah air, atau darah, atau udara trsebut akan mengabaikan semua hal yang sudah bereksemplar-eksemplar cetakan, di utarakan di buku oengetahuan cipta semesta.
Akankah mereka mengabaikannya ketika aku tidur?
Atau ketika aku menoleh ke arah hal yang lebih logis ketimbang tiga unsur tadi?

Ah... Abaikan saja aku.
Lagipula aku hanya sekadar bertanya.

Pikirku pun terhenti hingga kulihat layar tancap di depanku yang menampilkan waktu di dunia yang dapat dihentikan oleh seseorang dengan remot mini tergenggam di tangannya yang gemetar, seakan percaya bahwa semua hal yang terjadi di hadapannya hampir tak mustahil.

Oh ya.
Aku mengerti sekarang.
Semua itu ternyata terjadi.
Tentu saja.
Bukan hanya di pikiranku saja ternyata.
Bukan pula ketika aku sedang pulas tertidur.
Bukan pula ketika aku melihat hal yang lebih logis ketimbang air, darah, udara tadi.

Dengan menariknya apa yang kulihat baru saja, bahwa apa-apa yang dikhayalkan, ternyata, memang dapat menjadi kenyataan.
Oh, ternyata.

up